Tulisan ini sebenarnya terilhami dari timeline
temanku yang membahas bagaimana dia diperlakukan, kalau menurutku sih tidak
pantas ya, sebagai seorang wanita muslim yang mengajar di sekolah internasional
di negara kita, Indonesia. Disuruh melepas jilbabnya, tapi temanku ini menolak
dan akhirnya berhenti di hari pertama dia mengajar. Dan oh ya, kemarin di kelas
mata kuliah Filsafat Ilmu, beberapa orang gencar sekali membahas keTuhanan,
Tuhan, iman kepada Tuhan, ya dan sejenisnya. Dan juga, aku teringat membaca
bukunya bang Pandji Pragiwaksono, disitu juga ada bab yang membahas tentang
perbadaan, khususnya agama.
Aku tentu tidak akan membahas jauh-jauh tentang
filsafat Ilmu atau tentang konsep keTuhanan or
something, disini aku hanya bercerita. Semua orang punya hak bercerita
kan? Dan tenang saja, gak akan menyinggung SARA kok..hehe
Keluargaku memang bukanlah keluarga yang
sangat-sangat kental nuansa keagamaanya, tidak ada yang keturunan atau jebolan
pesantren, tetapi keluargaku religius. Aku tahu keluargaku moderat, tapi
religius. Religius itu bukan hanya diukur dari bagaimana ibadah dengan Tuhan
lho, tapi juga bagaimana berinteraksi dengan lingkugan sekitar. Alhamdulillah,
selama ini keluargaku baik-baik saja dengan lingkungan sekitar. Baik dengan
tetangga, maupun dengan lingkungan hayati. Bagaimana orang-orang mengenal keluargaku
dengan Alhamdulillah sangat baik pun memperlihatkan kalau keluargaku religius.
Urusan ibadah dengan Allah SWT, memang urusannya hanya dengan Allah SWT, tapi
sepenglihatanku, keluargaku menjalankan perintah sholat 5 waktu dengan ikhlas.
Sebagai bagian dari keluarga yang religius, aku
bukanlah anak yang dari kecil sudah berhijab atau berjilbab. Ibu ku juga tidak
memaksaku untuk berjilbab dari kecil. Baru beberapa tahun kebelakang lah Ibuku
kadang selalu memintaku untuk berhijab, tapi jika sudah siap, tapi siapnya
cepet-cepet.haha.. Ya intinya Ibu dan Ayahku memintaku segera berhijab. Dulu
(beberapa tahun kebelakang) sama sekali tidak ada pikiranku untuk mengenakan
hijab. Entah karena lingkungan sepermainanku yang memang tidak mengenakan
hijab, atau memang aku belum sadar akan wajibnya wanita muslim mengenakan
hijab. Dulu aku pikir, jika sudah mengenakan hijab, aku gak bisa seekspresif
sebelum aku mengenakan hijab, baik dari segi fashion atau, ya aku terkenal talkative.
Dan karena mimpi dan cita-citaku yang ingin bergabung dengan VOA itu muncul
lagi, aku pikir, jika aku berhijab, pasti akan sulit. Ya, pikiran dangkal
memang. Pengertianku tentang agama ternyata masih terhalangi duniawi. Sedih
terkadang jika tahu bahwa tahu aku masih lebih cinta dunia. Barulah tahun-tahun
terakhir ketika kuliah D3, aku sering memikirkan keinginan Ibu dan Ayahku agar
aku berhijab. Tidak, mereka tidak pernah memaksa. Orang tuaku tidak pernah
memaksa dalam hal apapun. Tiba-tiba suatu hari, ketika aku mau pergi dengan
Ibu, aku ingin mengenakan hijab. Padahal, dua hari sebelumnya aku baru saja
potong rambut pixie, potongan yang
sudah diidamkan dari SMA tapi baru kesampean setelah lulus D3 IPB.
Dari situlah yang awalnya aku cuma ingin berhijab,
jadi memang ingin benar-benar berhijab, tanpa melepasnya. Uda lewat dua blan
nih aku berhijab. Awalnya pasti banyak yang nyinyir sih. Berhijab karena
potongan rambut gagal lah (gagal? OMG menghina Prof yang motong rambutku ini mah.)
Berhijab ikut trend lah. Hellow, memang sedang trend kan? Hahaha... Tapi uda
biasa dinyinyirin, jadi get over it.
Ya Allah, ternyata setelah berhijab cobaan untuk melepas banyak banget. Gak
bohong! Namanya orang belajar pasti cobaan datang bertubi-tubi, kadang pengen
lepas, apalagi kalau lagi males, tapi buru-buru. Sedih liat rambut jadi lepek
dan rontok, ditambah kalau lagi panas, pengen marah-marah. Tapi entah kenapa
juga, pake hijab bikin aku aman dan nyaman. Setelah aku pelajari, ya pake hijab
tetep bisa bikin aku jadi diri sendiri.hahaha.. (Mungkin nanti lama-lama
berubah jadi anggun dan alim ya, Aamiin :D ) Banyak orang yang nanya “Kenapa
sih pake hijab?” “Kenapa baru sekarang pake hijab?” “Ikut trend ya?” duh udah
kayak artis aja ini ditanya-tanyanya. Kadang aku cuma jawab “Pengen aja.” Tapi
beberapa orang mana puas dikasih jawaban begitu. Tapi aku masih belajar mencari
kenyamanan yang bener-bener kan, jadi kadang jawabanku bimbang juga, dan memang
aku gak mau jawab yang terlalu religius, karena mereka 99,9% tahu, wajibnya
menutup aurat, jadi kalau aku pertegas mulu, mereka juga bosen sendiri. Aku sih
kebanyakan cuma jawab “Aku udah lama pengen pake hijab, memang uda lama niat,
tapi entah kenapa baru sekarang tiba-tiba pengen berhijab. Dan here I am, depan kamu, berhijab.” Hehe.
Ya, sesimpel itu lah. Gak mau berbelit-belit. Mungkin beberapa orang gak puas
karena jawaban aku gak jelas -__- tapi beberapa juga banyak yang malah jadi
berhijab juga (tentu aja mereka gak cuma nanya sama aku :P ). Dan jawaban yang
sebenernya pas menurut aku sih, ini cara aku menyayangi diri aku, keluarga aku,
dan agamaku.
Nah, bagaimana dengan image kerudung sebagai kedok? Kerdus lah alias kerudung dusta, dan
teman-temannya. Hadeeeh. Jawabnya gimana ya? Bingung juga sebenarnya. Memakai
hijab tidak menjamin seseorang itu kelakuanya bener? Kalau aku jawab “balik
lagi ke orangnya masing-masing” basi gak sih?hahaha... Gini deh, aku sebelum
dan setelah pakai hijab ya memang orang yang sama. Terkadang, aku juga bisa
lupa sholat (manusiawi kan?) Gimana perasaan aku? Merasa bersalah tentu, takut,
gak tenang. Itu terjadi sebelum aku berhijab, nah sekarang setelah berhijab,
kalau aku lupa sholat, takutnya 2x lipat. Sebenarnya, berhijab atau tidak, apa
yang aku rasakan terhadap apa yang aku lakukan itu sama saja lho. Menurutku ya.
Daaan, ya emang tergantung niatan tiap orang memakai hijab itu sendiri, sih
-__- Karena ternyata simbol-simbol agama masih diperlakukan tidak semestinya
oleh para oknum. Ironis.
Nah, terakhir, merasa nyaman gak sih pake hijab? Nyaman
dengan agamaku sekarang?
Ini pertanyaan seru sesungguhnya ketika kemarin ada
perdebatan di kelas Filsafat Ilmu. Pembahasannya Metafisika, dan mau gak mau
bahas Tuhan dan KeTuhanan juga. Aku gak ikut nimbrung di kelas. Entah kenapa
aku gak mau berdebat tentang ini. Kalau menurutku sih, ya karena tiap orang
punya konsep keTuhanan sendiri, terlepas dari yang diakui di Indonesia maupun
yang nggak. Kalau ditanya aku nyaman dengan agamaku sekarang, tentu saja. Aku
besyukur dilahirkan di keluarga muslim yang religius, tidak cuek terhadap
agamanya. Takut sama Allah SWT. Pernah bertanya Tuhan asalnya dari mana?
Pernah, walaupun tidak perlu diperdebatkan tapi sebagai manusia berakal pikiran
tentu saja aku pernah bertanya pada diriku sendiri.
Tapi bagaimana aku membuktikan bahwa ini agama yang
baik dan benar untukku dan benar sebenar-benarnya menurutku, sangat sangat
mudah. Aku bisa merasakan dekat dengan Allah SWT tentu ketika aku juga
mendekatinya. Rajin sholat, rajin baca Al-Quran, rajin berdzikir, dengan otomatis
hati rasanya tenang, nyaman, segala hal dimudahkan, dan selalu riang dihati.
Berbeda jika aku menjauhiNya, sering lupa sholat, jarang baca Al-Quran, jarang
berdzikir, jahat sama orang (ini sih gak pernah -__-) yang dirasakan pasti
selalu merasa bersalah, takut, tidak nyaman, kepala selalu mumet, inginnya
marah-marah, apa-apa selalu ada masalah. Yang aku rasakan sih seperti itu,
diluar hal-hal yang bisa dibuktikan secara ilmiah ataupun tidak. Sesimpel itu?
Yak sesimpel itu kalau aku. Nah, memakai hijab pun sama. Setelah belum lama berhijab
ini, aku malah semakin percaya diri dibanding dulu sebelum berhijab. Lebih
merasa aman karena rasanya ada yang melindungi, dan apa-apa rasanya lebih
dimudahkan. Ya, berhijab ini merupakan salah satu bukti kalau aku percaya Allah
SWT :).
Hehe..segitu aja sih ceritanya, nanti kepanjangan,
dan memang uda kepanjangan juga -___-
Salaaaam :)
0 komentar