God Help The Girl (2013)
Pertama penasaran sama film ini
karena sang sutradara adalah one of the guys from Belle & Sebastian, Stuart
Murdoch. Hmm… kayaknya ini film bakal menarik tuh, setidaknya soundtracknya. Dan
setelah ditonton ternyata ceritanya menarik. Menceritakan seorang Eve (Emily
Browning) pengidap eating disorder yang kabur dari tempat rehabilitasinya dan
ingin mengejar mimpinya menjadi musisi dan tanpa sengaja bertemu dengan James
(Olly Alexander) seseorang yang juga mempertemukannya dengan Cass (Hannah
Murray) dan dimulailah pertemanan seru mereka dan membentuk band bernama God Help
The Girl.
Bagi penyuka film musikal, dimana
aktor-aktornya nyanyi-nyanyi ketika lagi sedih atau lagi senang, macem film
India, film ini cocok bagi kalian. Lagu-lagu indie pop khas Belle & Sebastian
bakal memanjakan telinga kalian. Tapi bagi aku yang memang gak begitu suka film
musikal, sempat beberapa kali men-skip nyanyian-nyanyian Eve dkk ini, bukan
karena lagunya gak bagus, tapi memang kalo kelamaan bosenin juga sih. Film ini
sederhana tanpa banyak hal dan detail yang perlu diperhatikan. Cukup dinikmati.
Sweet and cute. Cocok ditonton ketika santai tanpa mengerut-ngerutkan dahi
kalian.
Rating: 3,5/5
Once (2006)
Setelah sekian lama ingin sekali
nonton film ini ampe frustrasi karena jarang teman-temanku yang punya, akhirnya
nonton juga. Aku malah lebih dulu nonton ‘adek’ dari film ini, yaitu Begin
Again. Ya, siapa sih yang gak tau film besutan Sutradara John Carney yang
soundtracknya aja ampe hits dimana-mana. Tapi jarang ada yang tau juga kalau
ternyata sebelum Begin Again ada satu film Carney yang juga patut untuk
ditonton.
Once menceritakan seorang musisi
jalanan (Glen Hansard) dan pertemuannya dengan perempuan penjual bunga di pusat
kota Dublin (Marketa Irglova) yang ternyata jago memainkan piano. Pertemuan
mereka berlanjut menjadi jamming bersama di sebuah toko alat musik. Dari situ
lah mereka berdua bertekad membuat sebuah demo untuk dibawa ke London.
Yang unik dari film ini karena
penonton tidak akan pernah tahu siapa nama pemeran utama dalam film ini. Ya,
mereka tidak pernah menyebutkan nama sama sekali, dan dibagian credits juga
hanya ada ‘the girl’ dan ‘the guy’. Tapi karena saking khusuknya, aku sendiri
bahkan gak sadar kalo mereka gak mempunyai nama peran di film ini.
Film ini sebenarnya datar-datar
aja, bukan tipe film yang memang WOW. Lebih seperti film documenter or live
footage seseorang. Tapi aku suka ceritanya. Tipe-tipe cerita yang real dan
tidak muluk. And Glen Hansard? oh I love his voice. Lagu-lagu yang dinyanyikan ‘the
guy’ pun merupakan tipe-tipe lagu yang aku suka, sedih tapi indah. Hehehe… Ya
maklum, lagu-lagunya dibuat pas patah hati ceritanya sih. Kalo suka Begin
Again, wajib nonton film ini.
Rating: 4/5
The Grand Budapest Hotel (2014) >> Movie Of The Week
Menyabet 4 piala Oscar 2015,
sebenarnya ini film apa sih? Begitu mulai, aku langsung kegirangan dengan cara
sang sutradara Wes Anderson membuka film ini. Symmetrical! Yap, tulisan OLD
LUTZ CEMETERY yang tertulis di pinggiran jalan menarik perhatian dan sudah dipastikan
aku bakal kegirangan banget sama sinematografi film ini.
Grand Budapest Hotel atau
disingkat GB ini merupakan hotel mewah pada zamannya di Republik Zubrowka.
Hotel ini dikenal karena pelayanannya yang luar biasa memuaskan. Sebenernya
film ini menceritakan tentang bagaimana pengelola hotel yang luar biasa
ramahnya, yaitu Monseur Gustave (Ralph Fiennes) yang selalu menjaga koneksi dengan
tamu hotel, bahkan bersedia melakukan hal yang lebih intim. Dan hal ini lah
yang menyeretnya kedalam ‘bencana’ ketika salah satu tamu hotel yang juga ‘kekasih’nya
yang kaya raya Madame D (Tilda Swinton) meninggal secara tiba-tiba. ‘Petualangan’
Gustave mencari kebenaran kematian Madame D ini selalu didampingi oleh seorang
lobby boy bernama Zero Moustafa (Tony Revolori) hingga akhirnya pengelolaan dan
kontrol Grand Budapest pun diwariskan kepada Zero Moustafa ini.
Film ini merupakan film Anderson
pertama yang aku tonton tapi dari film ini aku dapat menilai jika Anderson
sepertinya selalu melakukan pola-pola sama dalam filmnya. Bener gak? Wes
Anderson seperti membangun negeri dongengnya sendiri dengan pola-pola simetris
dan warna-warna yang menyolok mata. Seru, asik, menegangkan, aneh, berani,
manis, menyenangkan menjadi satu kesatuan ketika menonton film ini. Anderson is quirky and he always come up with his original. Karena aku merupakan salah satu
penggemar karya-karya quirky, jadi kelemahan dalam film-film ini pun aku
singkir-singkirkan. Mungkin karena film ini tidak begitu kuat dalam segi aktor
dan cerita, maka segi sinematografi dan scoring nya yang ditonjolkan. Ya, fair
enough menurutku. Film tak selalu harus sempurna, dan kadang ketidaksempurnaan
sebuah film yang menjadikan film tersebut unik. Satu lagi yang membuat film ini
unik, banyaknya cameo aktor-aktor terkenal seperti Bill Murray, Léa Seydoux,
Owen Wilson, Bob Balaban, Saoirse Ronan, Tom Wilkinson, dan the one and only Tilda
Swinton. Tapi hadirnya banyak tokoh yang membuat film ini penuh sesak tidak
mengganggu jalannya cerita. Semua punya porsi yang pas, gak lebih gak kurang.
Walaupun ya, gak semuanya sempurna dalam menampilkan perannya.
Jangan sampai melupakan scoring
dari Alexandre Desplat yang mengimbangi visual dan cerita dari film ini. Ya,
pantas untuk sebuah patung Oscar, karena scoring nya memang membuat segalanya
terasa pas untuk dinikmati penonton.
This movie was a beautiful mess. Imajinasi
unik yang bikin aku selalu kegirangan dimanjakan petualangan aneh film ini. Kalo
makanan mah rasanya enak. Enak banget. Kayaknya wajib nonton film-film Anderson
lainnya. Hmm…
Rating: 5/5
0 komentar