Sunday Review

by - 1:28 PM

God Help The Girl (2013)


Pertama penasaran sama film ini karena sang sutradara adalah one of the guys from Belle & Sebastian, Stuart Murdoch. Hmm… kayaknya ini film bakal menarik tuh, setidaknya soundtracknya. Dan setelah ditonton ternyata ceritanya menarik. Menceritakan seorang Eve (Emily Browning) pengidap eating disorder yang kabur dari tempat rehabilitasinya dan ingin mengejar mimpinya menjadi musisi dan tanpa sengaja bertemu dengan James (Olly Alexander) seseorang yang juga mempertemukannya dengan Cass (Hannah Murray) dan dimulailah pertemanan seru mereka dan membentuk band bernama God Help The Girl.

Bagi penyuka film musikal, dimana aktor-aktornya nyanyi-nyanyi ketika lagi sedih atau lagi senang, macem film India, film ini cocok bagi kalian. Lagu-lagu indie pop khas Belle & Sebastian bakal memanjakan telinga kalian. Tapi bagi aku yang memang gak begitu suka film musikal, sempat beberapa kali men-skip nyanyian-nyanyian Eve dkk ini, bukan karena lagunya gak bagus, tapi memang kalo kelamaan bosenin juga sih. Film ini sederhana tanpa banyak hal dan detail yang perlu diperhatikan. Cukup dinikmati. Sweet and cute. Cocok ditonton ketika santai tanpa mengerut-ngerutkan dahi kalian.

Rating: 3,5/5

Once (2006)


Setelah sekian lama ingin sekali nonton film ini ampe frustrasi karena jarang teman-temanku yang punya, akhirnya nonton juga. Aku malah lebih dulu nonton ‘adek’ dari film ini, yaitu Begin Again. Ya, siapa sih yang gak tau film besutan Sutradara John Carney yang soundtracknya aja ampe hits dimana-mana. Tapi jarang ada yang tau juga kalau ternyata sebelum Begin Again ada satu film Carney yang juga patut untuk ditonton.

Once menceritakan seorang musisi jalanan (Glen Hansard) dan pertemuannya dengan perempuan penjual bunga di pusat kota Dublin (Marketa Irglova) yang ternyata jago memainkan piano. Pertemuan mereka berlanjut menjadi jamming bersama di sebuah toko alat musik. Dari situ lah mereka berdua bertekad membuat sebuah demo untuk dibawa ke London.

Yang unik dari film ini karena penonton tidak akan pernah tahu siapa nama pemeran utama dalam film ini. Ya, mereka tidak pernah menyebutkan nama sama sekali, dan dibagian credits juga hanya ada ‘the girl’ dan ‘the guy’. Tapi karena saking khusuknya, aku sendiri bahkan gak sadar kalo mereka gak mempunyai nama peran di film ini.

Film ini sebenarnya datar-datar aja, bukan tipe film yang memang WOW. Lebih seperti film documenter or live footage seseorang. Tapi aku suka ceritanya. Tipe-tipe cerita yang real dan tidak muluk. And Glen Hansard? oh I love his voice. Lagu-lagu yang dinyanyikan ‘the guy’ pun merupakan tipe-tipe lagu yang aku suka, sedih tapi indah. Hehehe… Ya maklum, lagu-lagunya dibuat pas patah hati ceritanya sih. Kalo suka Begin Again, wajib nonton film ini.

Rating: 4/5

The Grand Budapest Hotel (2014) >> Movie Of The Week


Menyabet 4 piala Oscar 2015, sebenarnya ini film apa sih? Begitu mulai, aku langsung kegirangan dengan cara sang sutradara Wes Anderson membuka film ini. Symmetrical! Yap, tulisan OLD LUTZ CEMETERY yang tertulis di pinggiran jalan menarik perhatian dan sudah dipastikan aku bakal kegirangan banget sama sinematografi film ini.

Grand Budapest Hotel atau disingkat GB ini merupakan hotel mewah pada zamannya di Republik Zubrowka. Hotel ini dikenal karena pelayanannya yang luar biasa memuaskan. Sebenernya film ini menceritakan tentang bagaimana pengelola hotel yang luar biasa ramahnya, yaitu Monseur Gustave (Ralph Fiennes) yang selalu menjaga koneksi dengan tamu hotel, bahkan bersedia melakukan hal yang lebih intim. Dan hal ini lah yang menyeretnya kedalam ‘bencana’ ketika salah satu tamu hotel yang juga ‘kekasih’nya yang kaya raya Madame D (Tilda Swinton) meninggal secara tiba-tiba. ‘Petualangan’ Gustave mencari kebenaran kematian Madame D ini selalu didampingi oleh seorang lobby boy bernama Zero Moustafa (Tony Revolori) hingga akhirnya pengelolaan dan kontrol Grand Budapest pun diwariskan kepada Zero Moustafa ini.


Film ini merupakan film Anderson pertama yang aku tonton tapi dari film ini aku dapat menilai jika Anderson sepertinya selalu melakukan pola-pola sama dalam filmnya. Bener gak? Wes Anderson seperti membangun negeri dongengnya sendiri dengan pola-pola simetris dan warna-warna yang menyolok mata. Seru, asik, menegangkan, aneh, berani, manis, menyenangkan menjadi satu kesatuan ketika menonton film ini. Anderson is quirky and he always come up with his original. Karena aku merupakan salah satu penggemar karya-karya quirky, jadi kelemahan dalam film-film ini pun aku singkir-singkirkan. Mungkin karena film ini tidak begitu kuat dalam segi aktor dan cerita, maka segi sinematografi dan scoring nya yang ditonjolkan. Ya, fair enough menurutku. Film tak selalu harus sempurna, dan kadang ketidaksempurnaan sebuah film yang menjadikan film tersebut unik. Satu lagi yang membuat film ini unik, banyaknya cameo aktor-aktor terkenal seperti Bill Murray, Léa Seydoux, Owen Wilson, Bob Balaban, Saoirse Ronan, Tom Wilkinson, dan the one and only Tilda Swinton. Tapi hadirnya banyak tokoh yang membuat film ini penuh sesak tidak mengganggu jalannya cerita. Semua punya porsi yang pas, gak lebih gak kurang. Walaupun ya, gak semuanya sempurna dalam menampilkan perannya.


Jangan sampai melupakan scoring dari Alexandre Desplat yang mengimbangi visual dan cerita dari film ini. Ya, pantas untuk sebuah patung Oscar, karena scoring nya memang membuat segalanya terasa pas untuk dinikmati penonton.


This movie was a beautiful mess. Imajinasi unik yang bikin aku selalu kegirangan dimanjakan petualangan aneh film ini. Kalo makanan mah rasanya enak. Enak banget. Kayaknya wajib nonton film-film Anderson lainnya. Hmm…

Rating: 5/5

You May Also Like

0 komentar